Tuesday, February 16, 2016

Kemenperin Dorong Industri Baja Terapkan Teknologi Ramah Lingkungan

Industri baja
JAKARTA - Indonesia termasuk 14 besar atau 0,04% kontributor negara gas rumah kaca, maka Kementerian Perindustrian mendorong delapan industri utama untuk menerapakan teknologi pembakar regeneratif mampu menghemat emisi mesin produksi baja.
Sesuai dengan kesepakatan COPE 21 yang dilaksanakan di Paris akhir tahun lalu, setiap negara harus mematuhi ambang batas kenaikan suhu bumi yang tidak boleh lebih dari 2 derajat celcius, sehingga paling tidak tiap negara mampu menurunkan suhu 1,5 derajat celcius.
Pemerintah Indonesia turut berkomitmen pada untuk menurunkan Gas Rumah Kaca sebesar 26% dan 41% melalui bantuan internasional. Komitmen ini tertuang dalam Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK).
"Secara internasional, industri kita tidak boleh melebihi emisi sebesar 23 giga ton CO2 ekuivalen. Namun, bayangkan ada 700 perusahaan yang secara agregat menyumbang emisi 114,41 mega ton," kata Haris Munandar, kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian saat acara workshop Pemanfaatan Teknologi Efisien di Sektor Industri Baja Nasional pada Senin (15/2/2016).
Salah satu teknologi yang dikembangkan saat ini adalah Regenerative Burner Combustion System (RBCS) yang merupakan teknologi pembakaran berkonduktivitas baik atau cepat menerima dan menghantarkan panas sehingga energi yang digunakan lebih efisien.
Teknologi ini dikembangkan melalui kerjasama pemerintah Indonesia dengan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) asal Jepang. Sebenarnya, teknologi ini telah diaplikasikan oleh PT Gunung Garuda yang bergerak di industri baja pada 2006.
Ia memaparkan bahwa teknologi ini penting diterapkan khususnya bagi delapan industri a.l. semen, pupuk, petrokimia, besi dan baja, pulp dan kertas, tekstil, keramik, minyak goreng, dan gula. 

Source : Bisnis.com

0 komentar:

Post a Comment