Saturday, December 5, 2015

Kemenperin Berharap Ekspansi Produsen Otomotif

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian akan mengawal pabrikan otomotif yang membangun industriuntuk meningkatkan investasi ke arah permesinan dengan menjaga iklim industri nasional.
"Kita harus merawat investor global yang menanamkan modal di industri otomotif Indonesia. Fokusnya ada dua, pertama dari sisi kita menciptakan atmosfer kondusif dan kedua, sebaliknya mereka juga harus pastikan benar-benar berproduksi," kata Menperin Saleh Husin dalam keterangan pers, Jumat (4/12).

Dalam lawatannya ke China, Menperin mengunjungi pabrik SAIC-GM-Wuling (SGMW) Automobile, yang merupakan perusahaan patungan bentukan SAIC Motor Corporation Ltd dengan porsi saham 50,1%, General Motors Company (44%) dan Guangxi Automobile Group, sebelumnya bernama Liuzhou Wuling Automobile Group (5,9%).

Di Indonesia, melalui PT SGMW Motor Indonesia, pada Agustus lalu mereka telah melakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik perakitan mobil MPV dengan investasi sekitar US$700 juta.

Lebih lanjut, Saleh mengungkapkan kunjungan itu untuk memastikan investasi SGMW sesuai rencana, dan berharap pabrik lebih cepat berproduksi.

"Ini juga untuk menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia mendukung investasi SGMW," katanya.

Walaupun Wuling diproduksi untuk pasar domestik, Menperin menantang SGMW menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk diekspor ke Asean dan Australia.

Sebelumnya pabrikan China itu telah berekspansi ke beberapa negara Afrika , Amerika Latin dan Asia.

Presiden Direktur SGMW Motor Indonesia, Xu Feiyun mengatakan pihaknya menargetkan pabrik berproduksi pada Juli 2017 dengan memproduksi mobil Wuling sebanyak 150 ribu unit per tahun.

"Kami juga membawa industri komponen ke Indonesia, salah satunya shockbreaker dan juga bermitra dengan suplier komponen asal Indonesia," paparnya.

Selama ini produk otomotif di Indonesia disesaki produk asal Jepang, Korea Selatan, Eropa dan AS. Kehadiran mobil China diharapkan meramaikan industri kendaraan.

Berdasarkan data Kemenperin, tenaga kerja yang terserap di sektor ini mencapai 1,3 juta orang, mereka terserap pada industri perakitan, industri komponen, perbengkelan dan jaringan purna jual. 

#dikutip dari bisnis.com

Pelelangan Proyek Infrastruktur Jalan 2016

JAKARTA—Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah memulai proses pelelangan proyek kontraktual tahun anggaran 2016 sejak Jumat, 28 Agustus 2015.

Proyek-proyek yang pertama kali dilelang ini adalah proyek-proyek jalan dan jembatan dari Direktorat Jenderal Bina Marga senilai total Rp3,71 triliun. Proyek-proyek tersebut tersebar di 15 provinsi.
Berikut ini daftar paket proyek pelelangan dini tersebut:

Provinsi Sumatera Utara
Bts. Prov Aceh - Tanjung Pura, 56.6 km, Rp36,075 miliar
Perbaungan - Kota Tebing Tinggi - Bts. Kab. Batu Bara, 59.1 km, Rp69,477 miliar
Lingkar (Rantau Prapat) - Hm. Said - Aek Nabara, 23.1 km, Rp52,249 miliar
Kota Kisaran - Sp. Kawat – Aek Kanopan, 66.1 km, Rp61,343 miliar

Provinsi Sumatera Barat
Pembangunan Jalan Tuapejat – Rokot, 5.0 Km, Rp50,100 miliar

Provinsi Sumatera Selatan
Bts. Kota palembang - Sp. Indralaya – Meranjat, 29.1 Km, Rp60,112 miliar
Meranjat - Celikah – Kayu Agung - Sp. Penyandingan, 36.2 km, Rp50,377 miliar
Sp. Penyandingan - Bts. Prov Lampung 1, 34.5 Km, Rp69,089 miliar
Sp. Penyandingan - Bts. Prov Lampung 2, 59.4 Km, Rp70,423 miliar
Air Lalan, 180.0 meter, Rp50,400 miliar

Provinsis Jawa Tengah
Bts Jabar - Sidareja - SP3 Jeruklegi – Cilacap, 72.4 Km, Rp66,000 miliar
Slarang - Ayah - Karang Bolong - Tambakmulyo – Wawar, 25.0 Km, Rp90,000 miliar
Bts Jabar - Kr. Pucung, 54.6 km, Rp50,050 miliar
Wangon -Kr. Pucung, 30.3 km, Rp71,650 miliar
Lingkar Utara Surakarta, 6.0 Km, Rp80,000 miliar
Pembangunan Jalan Tol Kartasura - Karang Anyar Seksi 1.a, 1.0 km, Rp65,000 miliar
Pembangunan Jalan Tol Kartasura - Karang Anyar Seksi 1.b, 1.0 km, Rp95,000 miliar

Provinsi Jawa Timur
Popoh - Prigi – Panggul, 7.0 Km, Rp100,000 miliar

Provinsi Jawa Kalimantan Selatan
Pembangunan Jalan Lingkar Batulicin 1, 3.2 Km, Rp45,000 miliar

Provinsi Bali
Sp.Tohpati - Tampak Siring – Istana Presiden, 58.4 Km, Rp50,400 miliar

Provinsi Nusa Tenggara Barat
Jl. Kartini - Jl.Dr. Sutomo Sumbawa Besar - Pal IV - Km 70 - Bts Kab Dompu, 130.7 km, Rp34,150 miliar
Sulin - Sp. Penunjak, 4.0 km, Rp46,000 miliar
Simpang Negara - Bts. Kota Sumbawa Besar - Jln. Garuda (Sumbawa Besar), 5.0 km, Rp70,000 miliar
Simpang Negara – Taliwang, 4.5 Km, Rp32,650 miliar
Talabiu - Bts. Kota Bima, 3.5 km, Rp81,250 miliar
Gerung (Patung Sapi) – Mataram, 2.0 Km, Rp50,000 miliar
Jembatan Samota, 220.0 meter, Rp110,000 miliar

Provinsi Nusa Tenggara Timur
Maropokot - Danga - Aegela - Bts Kota Ende, 95.2 Km, Rp82,750 miliar

Provinsi Sulawesi Utara
Jln. Boulevard 2 (manado), 1.0 km, Rp27,000 miliar

Provinsi Sulawesi Tengah
Parigi – Tolai, 7.5 Km, Rp50,050 miliar
Taripa - Tiwa'a (Bts. Kab. Morowali Utara), 8.1 Km, Rp55,331 miliar
Tiwa'a (Bts. Kab. Poso) – Tomata, 11.0 km, Rp65,400 miliar

Provinsi Maluku
Larat - Lamdesar Timur, 8.0 Km, 68,000 miliar
Ilwaki – Lurang, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Tepa - Masbuar – Letwurung, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Tiakur – Weet, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Adaut – Kandar, 8.0 Km, Rp 68,000 miliar
Lingkar Pulau Marsela, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Pelabuhan - Wonreli – Lapter, 10.0 Km,Rp68,000 miliar

Provinsi Maluku Utara
Buli – Maba, 8.0 Km, Rp56,000 miliar
Weda – Sagea, 8.0 Km, Rp56,000 miliar
Sanana – Manaf, 7.4 Km, Rp51,940 miliar
Daeo - Bere Bere, 6.0 Km, Rp50,375 miliar
Pohea – Malbufa, 6.0 Km, Rp50,100 miliar
Mafa – Matuting, 6.0 Km, Rp50,050 miliar
Sagea – Patani, 6.0 Km, Rp50,100 miliar

Provinsi Papua
Mamberamo - Elelim I (Jayapura), 18.0 km, Rp90,000 miliar
Beoga – Ilaga, 7.0 Km, Rp50,000 miliar
Wagete – Timika, 6.5 Km, Rp50,000 miliar
Mulia - Sinak I, 8.5 Km, Rp65,000 miliar
Jalan Raya Abepura, 1.5 Km, Rp30,000 miliar
Wanggar - Kwatisore (Bts. Prov. Papua), 18.0 km, Rp90,000 miliar
Bts. Batu – Mumugu, 6.0 km, Rp60,000 miliar

Provinsi Papua Barat
Prafi – Menyambou, 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Mega – Sausafor, 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Mameh - Windesi I, 12.0 Km, Rp60,000 miliar
Windesi – Ambuni, 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Simpang Goro Yamor I (Bts. Prov. Papua Barat), 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Simpang Goro Yamor II (Bts. Prov. Papua Barat), 17.0 Km, Rp85,000 miiar
Snopy - Ayawasi I (Manokwari), 10.8 Km, Rp65,000 miliar
Jembatan Arar, Cs (8 Dan 9), 80.0 meter, Rp37,000 miliar

#dikutip dari bisnis.com

Indonesia Masih Impor 3 Juta Ton Jagung

Amran Sulaiman selaku Menteri Pertanian (Mentan) yakin Indonesia akan mencapai swasembada jagung tahun ini karena pemerintah memiliki siasat untuk hal tersebut. Saat ini, Amran menyebut Indonesia masih impor jagung yaitu sebanyak 3 juta ton.

Di depan 101 bupati dari seluruh Indonesia, Mentan menegaskan, pemerintah menargetkan tahun ini swasembada jagung akan tercapai. Sehingga Indonesia tidak perlu lagi impor jagung yang kebanyakan datang dari Negara Brasil.

"Padi, kedelai, jagung harus diselesaikan tahun ini (swasembada)," kata Amran saat berdialog dengan para bupati di kantor Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta, Senin (4/5/2015).

Mentan menyebut, saat ini pasokan dari produksi jagung di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan, sehingga dengan terpaksa impor jagung masih dilakukan.

"Kita masih mengimpor sekitar 3 juta (ton), sedangkan kebutuhan kita itu sekitar 20 juta ton. Itu memang karena kita kekurangan," katanya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Hasil Sembiring mengatakan, persoalan jagung merupakan salah satu persoalan yang rumit, karena pemasarannya hanya terpusat di Jawa dan Sumatera. Pemerintah mengharapkan, tak hanya produksi, pemasaran hasil tanaman ini pun harus menyebar dari Sabang sampai Merauke.

"Masalah jagung itu sangat kompleks, pemasarannya hanya terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera. Lalu pertumbuhan produksi rata-rata 5% pertahun, sedangkan permintaan itu 12%," tuturnya.

Saat ini, meski Indonesia produsen jagung, namun masih 'rajin' impor jagung. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor jagung Februari 2015 tercatat mencapai 300.986 ton atau US$ 71,3 juta.

Angka ini tak jauh berbeda dibandingkan bulan sebelumnya dengan volume 341.657 atau US$ 75,3 juta. Akumulasi impor jagung dalam dua bulan mencapai 642.644 ton atau US$ 146,6 juta atau kurang lebih Rp 1,9 triliun

Proyek Pabrik Gula Terbesar di Indonesia Siap Beroperasi 2016

PT Industri Gula Glenmore (IGG) targetkan Pabrik Gula (PG) Glenmore, Banyuwangi bisa beroperasi giling perdana pada Agustus 2016. Saat ini, pembangunan konstruksi pabrik gula tersebut sudah mencapai 35%. Di tengah kian terpuruknya industri gula nasional, PG Glenmore optimis mampu mendukung pencapaian swasembada gula.

"Kami optimistis pertengahan tahun depan, Agustus 2016 sudah bisa giling perdana. Kami berharap pembangunan pabrik ini bisa mendukung pencapaian swasembada gula sekaligus menciptakan banyak lapangan kerja bagi masyarakat Banyuwangi," ujar Direktur Utama PT Industri Gula Glenmore (IGG) Ade Prasetyo ditemui di Banyuwangi, Senin (5/10/2015).

IGG adalah perusahaan yang didirikan bersama oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII dan PTPN XI, keduanya merupakan badan usaha milik negara (BUMN).

Ade mengatakan, semula PG tersebut diharapkan bisa beroperasi pada musim giling tahun ini. Namun persoalan pembiayaan membuat pembangunan konstruksi pabrik tersendat sehingga perlu dilakukan penjadwalan ulang. Namun terkait persoalan keuangan kini, PT IGG telah mendapatkan kredit dari sindikasi perbankan yang terdiri atas Bank BRI, Bank BNI, Indonesia Eximbank, Bank Jatim, dan sejumlah bank lain.

"Sebagai konsultan teknis kita melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), juga Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP( Yogyakarta sebagai konsultan bidang SDM," tambahnya.

Nilai investasi PG Glenmore itu sebesar Rp 1,5 triliun. PG Glenmore dirancang berkapasitas giling 6.000 ton tebu per hari (TTH) dan dapat dikembangkan menjadi 9.000 TTH. Areal yang dicadangkan untuk penanaman tebu guna memenuhi kebutuhan bahan baku PG Glenmore seluas 11.250 hektar.

"Dari pengolahan limbahnya akan menghasilkan produk sampingan berupa daya listrik 6 megawatt (MW), bioetanol, pupuk organik, dan pakan ternak," kata Ade.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menambahkan, Pemkab Banyuwangi ingin agar lahan-lahan yang tidak produktif di daerah daerah tersebut bisa ditanami tebu. Sehingga bisa melibatkan petani lokal untuk menggarapnya.

"Kami mendukung penuh pembangunannya. Dengan segera berdirinya pabrik ini, ribuan lapangan pekerjaan tercipta. Apalagi pabrik gula ini dibangun putra-putri Indonesia," pungkasnya.