The DXB190H breaker package is designed to maximize breaking and
demolition performance on Doosan excavators from 22 to 30 tonnes.
Offering exceptional power, efficiency and operational stability, the
DXB190H increases productivity by matching hydraulic capacity to the
carrier to ensure consistent performance.
Dealers of DOOSAN Forklift (Diesel, Gasoline / LPG, Electric) - Support Service & Part
PT. KOBEXINDO FORKLIFT INDONESIA
▼
DOOSAN Forklift Overview
▼
Sunday, December 13, 2015
WHEEL LOADER DL300-5
Doosan’s DL-5 Series Wheel Loaders are powered
by the renowned Scania 9L & 13L engines designed for industrial
engine segments, with long uptime, generous torque at low rpm, good fuel
economy and excellent engine response.
The DL300-5 wheel loader is a big, agile and smooth performer for a variety of mid-size applications. It's ideal for aggregates projects and versatiles job sites where you need to move more material every hour.
The DL300-5 wheel loader is a big, agile and smooth performer for a variety of mid-size applications. It's ideal for aggregates projects and versatiles job sites where you need to move more material every hour.
EXCAVATOR DX300LC-5
Doosan’s 30-tonne DX300LC-5 Stage IV compliant crawler
excavator features a distinctive new machine styling scheme and raises
even higher the already high standards set by the previous LC-3 range.
Adding to the enhanced comfort and controllability established by the
previous model, the new “-5” machine introduces new features to boost
fuel efficiency, uptime and return on investment – all with a focus on
increased power, robustness and agility.
Tuesday, December 8, 2015
BELARUS TRACTORS-892
The Belarus Tractors is designed for various agricultural operations with
mounted, semi-mounted and trailed machines and implements, for transport
operations.
Capacity, h.p./kW | : 88,4/65,0 |
Axle arrangement | : 4К4 |
Number of gears FWD/BWD | : 18/4 |
Monday, December 7, 2015
BALE CLAMP
FUNCTION : Palletless handling of nearly any type of baled product with side hydraulic arms.
APPLICATIONS : Cotton, Wool, Recyclable Paper and Aluminum Industries.
TYPE : Single Hydraulic, Double Hydraulic, Shifting, Revolving.
MULTIPURPOSE CLAMP
FUNCTION : Designed to reduce the baled products by affixing soft pad on bale arms. Eliminates cost of pallet purchase, maintenance, disposal and storage.
APPLICATIONS : Handle many types of corrugated, metal and wood containers.
TYPE : Single Hydraulic, Double Hydraulic, Shifting, Revolving.
Sunday, December 6, 2015
HINGED BUCKET
FUNCTION : Designed to use forklift truck as a loading and dumping loader. Bucket is installed on forks easily by the pins and easily detached for hinged fork.
APPLICATIONS : Sand, Grain, Salt, Powdered Industries.
TYPE : Standard Hinged Bucket, Hinged Bucket with Side Shifter.
APPLICATIONS : Sand, Grain, Salt, Powdered Industries.
TYPE : Standard Hinged Bucket, Hinged Bucket with Side Shifter.
HINGED FORK
FUNCTION : Designed to maximize fork dumping and upward angle to transport and handle the round shape loads.
APPLICATIONS : Lumber, Concrete Pole, any other Round shape Handling Industries.
TYPE : Standard Hinged Fork, Hinged Fork with Side Shifter.
SIDE SHIFTER
FUNCTION : Shift a load from side to side for reduced handling time and improved maneuverability.
APPLICATIONS : Warehouse with racking system, Loading / Unloading on containers.
TYPE : Integral, Hook-on, Shaft
APPLICATIONS : Warehouse with racking system, Loading / Unloading on containers.
TYPE : Integral, Hook-on, Shaft
LOAD STABILIZER
FUNCTION : Designed to stabilize palletized unit loads during transport and handling. Eliminates product damage and improves handling speed.
APPLICATIONS : Soft drink and Malted beverage Industries, Dairy and Empty Container Industries.
TYPE : Single Pallet Type, Double Pallet Type, Load Stabilizer with side shifter, Load Stabilizer with Rotator.
Saturday, December 5, 2015
Kemenperin Berharap Ekspansi Produsen Otomotif
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian akan
mengawal pabrikan otomotif yang membangun industriuntuk meningkatkan
investasi ke arah permesinan dengan menjaga iklim industri nasional.
"Kita
harus merawat investor global yang menanamkan modal di industri
otomotif Indonesia. Fokusnya ada dua, pertama dari sisi kita menciptakan
atmosfer kondusif dan kedua, sebaliknya mereka juga harus pastikan
benar-benar berproduksi," kata Menperin Saleh Husin dalam keterangan
pers, Jumat (4/12).
Dalam lawatannya ke China, Menperin
mengunjungi pabrik SAIC-GM-Wuling (SGMW) Automobile, yang merupakan
perusahaan patungan bentukan SAIC Motor Corporation Ltd dengan porsi
saham 50,1%, General Motors Company (44%) dan Guangxi Automobile Group,
sebelumnya bernama Liuzhou Wuling Automobile Group (5,9%).
Di
Indonesia, melalui PT SGMW Motor Indonesia, pada Agustus lalu mereka
telah melakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik perakitan
mobil MPV dengan investasi sekitar US$700 juta.
Lebih lanjut,
Saleh mengungkapkan kunjungan itu untuk memastikan investasi SGMW sesuai
rencana, dan berharap pabrik lebih cepat berproduksi.
"Ini juga untuk menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia mendukung investasi SGMW," katanya.
Walaupun
Wuling diproduksi untuk pasar domestik, Menperin menantang SGMW
menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk diekspor ke Asean dan
Australia.
Sebelumnya pabrikan China itu telah berekspansi ke beberapa negara Afrika , Amerika Latin dan Asia.
Presiden
Direktur SGMW Motor Indonesia, Xu Feiyun mengatakan pihaknya
menargetkan pabrik berproduksi pada Juli 2017 dengan memproduksi mobil
Wuling sebanyak 150 ribu unit per tahun.
"Kami juga membawa industri komponen ke Indonesia, salah satunya shockbreaker dan juga bermitra dengan suplier komponen asal Indonesia," paparnya.
Selama
ini produk otomotif di Indonesia disesaki produk asal Jepang, Korea
Selatan, Eropa dan AS. Kehadiran mobil China diharapkan meramaikan
industri kendaraan.
Berdasarkan data Kemenperin, tenaga kerja yang
terserap di sektor ini mencapai 1,3 juta orang, mereka terserap pada
industri perakitan, industri komponen, perbengkelan dan jaringan purna
jual.
#dikutip dari bisnis.com
Pelelangan Proyek Infrastruktur Jalan 2016
JAKARTA—Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah memulai
proses pelelangan proyek kontraktual tahun anggaran 2016 sejak Jumat,
28 Agustus 2015.
Proyek-proyek yang pertama kali dilelang ini
adalah proyek-proyek jalan dan jembatan dari Direktorat Jenderal Bina
Marga senilai total Rp3,71 triliun. Proyek-proyek tersebut tersebar di
15 provinsi.
Berikut ini daftar paket proyek pelelangan dini tersebut:
Provinsi Sumatera Utara
Bts. Prov Aceh - Tanjung Pura, 56.6 km, Rp36,075 miliar
Perbaungan - Kota Tebing Tinggi - Bts. Kab. Batu Bara, 59.1 km, Rp69,477 miliar
Lingkar (Rantau Prapat) - Hm. Said - Aek Nabara, 23.1 km, Rp52,249 miliar
Kota Kisaran - Sp. Kawat – Aek Kanopan, 66.1 km, Rp61,343 miliar
Perbaungan - Kota Tebing Tinggi - Bts. Kab. Batu Bara, 59.1 km, Rp69,477 miliar
Lingkar (Rantau Prapat) - Hm. Said - Aek Nabara, 23.1 km, Rp52,249 miliar
Kota Kisaran - Sp. Kawat – Aek Kanopan, 66.1 km, Rp61,343 miliar
Provinsi Sumatera Barat
Pembangunan Jalan Tuapejat – Rokot, 5.0 Km, Rp50,100 miliar
Provinsi Sumatera Selatan
Bts. Kota palembang - Sp. Indralaya – Meranjat, 29.1 Km, Rp60,112 miliar
Meranjat - Celikah – Kayu Agung - Sp. Penyandingan, 36.2 km, Rp50,377 miliar
Meranjat - Celikah – Kayu Agung - Sp. Penyandingan, 36.2 km, Rp50,377 miliar
Sp. Penyandingan - Bts. Prov Lampung 1, 34.5 Km, Rp69,089 miliar
Sp. Penyandingan - Bts. Prov Lampung 2, 59.4 Km, Rp70,423 miliar
Air Lalan, 180.0 meter, Rp50,400 miliar
Sp. Penyandingan - Bts. Prov Lampung 2, 59.4 Km, Rp70,423 miliar
Air Lalan, 180.0 meter, Rp50,400 miliar
Provinsis Jawa Tengah
Bts Jabar - Sidareja - SP3 Jeruklegi – Cilacap, 72.4 Km, Rp66,000 miliar
Slarang - Ayah - Karang Bolong - Tambakmulyo – Wawar, 25.0 Km, Rp90,000 miliar
Bts Jabar - Kr. Pucung, 54.6 km, Rp50,050 miliar
Wangon -Kr. Pucung, 30.3 km, Rp71,650 miliar
Lingkar Utara Surakarta, 6.0 Km, Rp80,000 miliar
Pembangunan Jalan Tol Kartasura - Karang Anyar Seksi 1.a, 1.0 km, Rp65,000 miliar
Slarang - Ayah - Karang Bolong - Tambakmulyo – Wawar, 25.0 Km, Rp90,000 miliar
Bts Jabar - Kr. Pucung, 54.6 km, Rp50,050 miliar
Wangon -Kr. Pucung, 30.3 km, Rp71,650 miliar
Lingkar Utara Surakarta, 6.0 Km, Rp80,000 miliar
Pembangunan Jalan Tol Kartasura - Karang Anyar Seksi 1.a, 1.0 km, Rp65,000 miliar
Pembangunan Jalan Tol Kartasura - Karang Anyar Seksi 1.b, 1.0 km, Rp95,000 miliar
Provinsi Jawa Timur
Popoh - Prigi – Panggul, 7.0 Km, Rp100,000 miliar
Popoh - Prigi – Panggul, 7.0 Km, Rp100,000 miliar
Provinsi Jawa Kalimantan Selatan
Pembangunan Jalan Lingkar Batulicin 1, 3.2 Km, Rp45,000 miliar
Pembangunan Jalan Lingkar Batulicin 1, 3.2 Km, Rp45,000 miliar
Provinsi Bali
Sp.Tohpati - Tampak Siring – Istana Presiden, 58.4 Km, Rp50,400 miliar
Sp.Tohpati - Tampak Siring – Istana Presiden, 58.4 Km, Rp50,400 miliar
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Jl. Kartini - Jl.Dr. Sutomo Sumbawa Besar - Pal IV - Km 70 - Bts Kab Dompu, 130.7 km, Rp34,150 miliar
Sulin - Sp. Penunjak, 4.0 km, Rp46,000 miliar
Simpang Negara - Bts. Kota Sumbawa Besar - Jln. Garuda (Sumbawa Besar), 5.0 km, Rp70,000 miliar
Simpang Negara – Taliwang, 4.5 Km, Rp32,650 miliar
Talabiu - Bts. Kota Bima, 3.5 km, Rp81,250 miliar
Gerung (Patung Sapi) – Mataram, 2.0 Km, Rp50,000 miliar
Jembatan Samota, 220.0 meter, Rp110,000 miliar
Jl. Kartini - Jl.Dr. Sutomo Sumbawa Besar - Pal IV - Km 70 - Bts Kab Dompu, 130.7 km, Rp34,150 miliar
Sulin - Sp. Penunjak, 4.0 km, Rp46,000 miliar
Simpang Negara - Bts. Kota Sumbawa Besar - Jln. Garuda (Sumbawa Besar), 5.0 km, Rp70,000 miliar
Simpang Negara – Taliwang, 4.5 Km, Rp32,650 miliar
Talabiu - Bts. Kota Bima, 3.5 km, Rp81,250 miliar
Gerung (Patung Sapi) – Mataram, 2.0 Km, Rp50,000 miliar
Jembatan Samota, 220.0 meter, Rp110,000 miliar
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Maropokot - Danga - Aegela - Bts Kota Ende, 95.2 Km, Rp82,750 miliar
Maropokot - Danga - Aegela - Bts Kota Ende, 95.2 Km, Rp82,750 miliar
Provinsi Sulawesi Utara
Jln. Boulevard 2 (manado), 1.0 km, Rp27,000 miliar
Jln. Boulevard 2 (manado), 1.0 km, Rp27,000 miliar
Provinsi Sulawesi Tengah
Parigi – Tolai, 7.5 Km, Rp50,050 miliar
Taripa - Tiwa'a (Bts. Kab. Morowali Utara), 8.1 Km, Rp55,331 miliar
Tiwa'a (Bts. Kab. Poso) – Tomata, 11.0 km, Rp65,400 miliar
Parigi – Tolai, 7.5 Km, Rp50,050 miliar
Taripa - Tiwa'a (Bts. Kab. Morowali Utara), 8.1 Km, Rp55,331 miliar
Tiwa'a (Bts. Kab. Poso) – Tomata, 11.0 km, Rp65,400 miliar
Provinsi Maluku
Larat - Lamdesar Timur, 8.0 Km, 68,000 miliar
Ilwaki – Lurang, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Tepa - Masbuar – Letwurung, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Tiakur – Weet, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Adaut – Kandar, 8.0 Km, Rp 68,000 miliar
Lingkar Pulau Marsela, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Pelabuhan - Wonreli – Lapter, 10.0 Km,Rp68,000 miliar
Larat - Lamdesar Timur, 8.0 Km, 68,000 miliar
Ilwaki – Lurang, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Tepa - Masbuar – Letwurung, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Tiakur – Weet, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Adaut – Kandar, 8.0 Km, Rp 68,000 miliar
Lingkar Pulau Marsela, 8.0 Km, Rp68,000 miliar
Pelabuhan - Wonreli – Lapter, 10.0 Km,Rp68,000 miliar
Provinsi Maluku Utara
Buli – Maba, 8.0 Km, Rp56,000 miliar
Weda – Sagea, 8.0 Km, Rp56,000 miliar
Sanana – Manaf, 7.4 Km, Rp51,940 miliar
Daeo - Bere Bere, 6.0 Km, Rp50,375 miliar
Pohea – Malbufa, 6.0 Km, Rp50,100 miliar
Mafa – Matuting, 6.0 Km, Rp50,050 miliar
Sagea – Patani, 6.0 Km, Rp50,100 miliar
Buli – Maba, 8.0 Km, Rp56,000 miliar
Weda – Sagea, 8.0 Km, Rp56,000 miliar
Sanana – Manaf, 7.4 Km, Rp51,940 miliar
Daeo - Bere Bere, 6.0 Km, Rp50,375 miliar
Pohea – Malbufa, 6.0 Km, Rp50,100 miliar
Mafa – Matuting, 6.0 Km, Rp50,050 miliar
Sagea – Patani, 6.0 Km, Rp50,100 miliar
Provinsi Papua
Mamberamo - Elelim I (Jayapura), 18.0 km, Rp90,000 miliar
Beoga – Ilaga, 7.0 Km, Rp50,000 miliar
Wagete – Timika, 6.5 Km, Rp50,000 miliar
Mulia - Sinak I, 8.5 Km, Rp65,000 miliar
Jalan Raya Abepura, 1.5 Km, Rp30,000 miliar
Wanggar - Kwatisore (Bts. Prov. Papua), 18.0 km, Rp90,000 miliar
Bts. Batu – Mumugu, 6.0 km, Rp60,000 miliar
Mamberamo - Elelim I (Jayapura), 18.0 km, Rp90,000 miliar
Beoga – Ilaga, 7.0 Km, Rp50,000 miliar
Wagete – Timika, 6.5 Km, Rp50,000 miliar
Mulia - Sinak I, 8.5 Km, Rp65,000 miliar
Jalan Raya Abepura, 1.5 Km, Rp30,000 miliar
Wanggar - Kwatisore (Bts. Prov. Papua), 18.0 km, Rp90,000 miliar
Bts. Batu – Mumugu, 6.0 km, Rp60,000 miliar
Provinsi Papua Barat
Prafi – Menyambou, 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Mega – Sausafor, 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Mameh - Windesi I, 12.0 Km, Rp60,000 miliar
Windesi – Ambuni, 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Simpang Goro Yamor I (Bts. Prov. Papua Barat), 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Simpang Goro Yamor II (Bts. Prov. Papua Barat), 17.0 Km, Rp85,000 miiar
Snopy - Ayawasi I (Manokwari), 10.8 Km, Rp65,000 miliar
Jembatan Arar, Cs (8 Dan 9), 80.0 meter, Rp37,000 miliar
Prafi – Menyambou, 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Mega – Sausafor, 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Mameh - Windesi I, 12.0 Km, Rp60,000 miliar
Windesi – Ambuni, 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Simpang Goro Yamor I (Bts. Prov. Papua Barat), 10.0 Km, Rp50,000 miliar
Simpang Goro Yamor II (Bts. Prov. Papua Barat), 17.0 Km, Rp85,000 miiar
Snopy - Ayawasi I (Manokwari), 10.8 Km, Rp65,000 miliar
Jembatan Arar, Cs (8 Dan 9), 80.0 meter, Rp37,000 miliar
#dikutip dari bisnis.com
Indonesia Masih Impor 3 Juta Ton Jagung
Amran Sulaiman selaku Menteri Pertanian (Mentan) yakin Indonesia akan mencapai swasembada jagung tahun ini karena pemerintah memiliki siasat untuk hal tersebut. Saat ini, Amran menyebut Indonesia masih impor jagung yaitu sebanyak 3 juta ton.
Di depan 101 bupati dari seluruh Indonesia, Mentan menegaskan, pemerintah menargetkan tahun ini swasembada jagung akan tercapai. Sehingga Indonesia tidak perlu lagi impor jagung yang kebanyakan datang dari Negara Brasil.
"Padi, kedelai, jagung harus diselesaikan tahun ini (swasembada)," kata Amran saat berdialog dengan para bupati di kantor Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta, Senin (4/5/2015).
Mentan menyebut, saat ini pasokan dari produksi jagung di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan, sehingga dengan terpaksa impor jagung masih dilakukan.
"Kita masih mengimpor sekitar 3 juta (ton), sedangkan kebutuhan kita itu sekitar 20 juta ton. Itu memang karena kita kekurangan," katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Hasil Sembiring mengatakan, persoalan jagung merupakan salah satu persoalan yang rumit, karena pemasarannya hanya terpusat di Jawa dan Sumatera. Pemerintah mengharapkan, tak hanya produksi, pemasaran hasil tanaman ini pun harus menyebar dari Sabang sampai Merauke.
"Masalah jagung itu sangat kompleks, pemasarannya hanya terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera. Lalu pertumbuhan produksi rata-rata 5% pertahun, sedangkan permintaan itu 12%," tuturnya.
Saat ini, meski Indonesia produsen jagung, namun masih 'rajin' impor jagung. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor jagung Februari 2015 tercatat mencapai 300.986 ton atau US$ 71,3 juta.
Angka ini tak jauh berbeda dibandingkan bulan sebelumnya dengan volume 341.657 atau US$ 75,3 juta. Akumulasi impor jagung dalam dua bulan mencapai 642.644 ton atau US$ 146,6 juta atau kurang lebih Rp 1,9 triliun
Di depan 101 bupati dari seluruh Indonesia, Mentan menegaskan, pemerintah menargetkan tahun ini swasembada jagung akan tercapai. Sehingga Indonesia tidak perlu lagi impor jagung yang kebanyakan datang dari Negara Brasil.
"Padi, kedelai, jagung harus diselesaikan tahun ini (swasembada)," kata Amran saat berdialog dengan para bupati di kantor Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta, Senin (4/5/2015).
Mentan menyebut, saat ini pasokan dari produksi jagung di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan, sehingga dengan terpaksa impor jagung masih dilakukan.
"Kita masih mengimpor sekitar 3 juta (ton), sedangkan kebutuhan kita itu sekitar 20 juta ton. Itu memang karena kita kekurangan," katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Hasil Sembiring mengatakan, persoalan jagung merupakan salah satu persoalan yang rumit, karena pemasarannya hanya terpusat di Jawa dan Sumatera. Pemerintah mengharapkan, tak hanya produksi, pemasaran hasil tanaman ini pun harus menyebar dari Sabang sampai Merauke.
"Masalah jagung itu sangat kompleks, pemasarannya hanya terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera. Lalu pertumbuhan produksi rata-rata 5% pertahun, sedangkan permintaan itu 12%," tuturnya.
Saat ini, meski Indonesia produsen jagung, namun masih 'rajin' impor jagung. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor jagung Februari 2015 tercatat mencapai 300.986 ton atau US$ 71,3 juta.
Angka ini tak jauh berbeda dibandingkan bulan sebelumnya dengan volume 341.657 atau US$ 75,3 juta. Akumulasi impor jagung dalam dua bulan mencapai 642.644 ton atau US$ 146,6 juta atau kurang lebih Rp 1,9 triliun
Proyek Pabrik Gula Terbesar di Indonesia Siap Beroperasi 2016
PT Industri Gula Glenmore (IGG) targetkan Pabrik Gula (PG) Glenmore,
Banyuwangi bisa beroperasi giling perdana pada Agustus 2016. Saat ini,
pembangunan konstruksi pabrik gula tersebut sudah mencapai 35%. Di
tengah kian terpuruknya industri gula nasional, PG Glenmore optimis
mampu mendukung pencapaian swasembada gula.
"Kami optimistis pertengahan tahun depan, Agustus 2016 sudah bisa giling perdana. Kami berharap pembangunan pabrik ini bisa mendukung pencapaian swasembada gula sekaligus menciptakan banyak lapangan kerja bagi masyarakat Banyuwangi," ujar Direktur Utama PT Industri Gula Glenmore (IGG) Ade Prasetyo ditemui di Banyuwangi, Senin (5/10/2015).
IGG adalah perusahaan yang didirikan bersama oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII dan PTPN XI, keduanya merupakan badan usaha milik negara (BUMN).
Ade mengatakan, semula PG tersebut diharapkan bisa beroperasi pada musim giling tahun ini. Namun persoalan pembiayaan membuat pembangunan konstruksi pabrik tersendat sehingga perlu dilakukan penjadwalan ulang. Namun terkait persoalan keuangan kini, PT IGG telah mendapatkan kredit dari sindikasi perbankan yang terdiri atas Bank BRI, Bank BNI, Indonesia Eximbank, Bank Jatim, dan sejumlah bank lain.
"Sebagai konsultan teknis kita melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), juga Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP( Yogyakarta sebagai konsultan bidang SDM," tambahnya.
Nilai investasi PG Glenmore itu sebesar Rp 1,5 triliun. PG Glenmore dirancang berkapasitas giling 6.000 ton tebu per hari (TTH) dan dapat dikembangkan menjadi 9.000 TTH. Areal yang dicadangkan untuk penanaman tebu guna memenuhi kebutuhan bahan baku PG Glenmore seluas 11.250 hektar.
"Dari pengolahan limbahnya akan menghasilkan produk sampingan berupa daya listrik 6 megawatt (MW), bioetanol, pupuk organik, dan pakan ternak," kata Ade.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menambahkan, Pemkab Banyuwangi ingin agar lahan-lahan yang tidak produktif di daerah daerah tersebut bisa ditanami tebu. Sehingga bisa melibatkan petani lokal untuk menggarapnya.
"Kami mendukung penuh pembangunannya. Dengan segera berdirinya pabrik ini, ribuan lapangan pekerjaan tercipta. Apalagi pabrik gula ini dibangun putra-putri Indonesia," pungkasnya.
"Kami optimistis pertengahan tahun depan, Agustus 2016 sudah bisa giling perdana. Kami berharap pembangunan pabrik ini bisa mendukung pencapaian swasembada gula sekaligus menciptakan banyak lapangan kerja bagi masyarakat Banyuwangi," ujar Direktur Utama PT Industri Gula Glenmore (IGG) Ade Prasetyo ditemui di Banyuwangi, Senin (5/10/2015).
IGG adalah perusahaan yang didirikan bersama oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII dan PTPN XI, keduanya merupakan badan usaha milik negara (BUMN).
Ade mengatakan, semula PG tersebut diharapkan bisa beroperasi pada musim giling tahun ini. Namun persoalan pembiayaan membuat pembangunan konstruksi pabrik tersendat sehingga perlu dilakukan penjadwalan ulang. Namun terkait persoalan keuangan kini, PT IGG telah mendapatkan kredit dari sindikasi perbankan yang terdiri atas Bank BRI, Bank BNI, Indonesia Eximbank, Bank Jatim, dan sejumlah bank lain.
"Sebagai konsultan teknis kita melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), juga Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP( Yogyakarta sebagai konsultan bidang SDM," tambahnya.
Nilai investasi PG Glenmore itu sebesar Rp 1,5 triliun. PG Glenmore dirancang berkapasitas giling 6.000 ton tebu per hari (TTH) dan dapat dikembangkan menjadi 9.000 TTH. Areal yang dicadangkan untuk penanaman tebu guna memenuhi kebutuhan bahan baku PG Glenmore seluas 11.250 hektar.
"Dari pengolahan limbahnya akan menghasilkan produk sampingan berupa daya listrik 6 megawatt (MW), bioetanol, pupuk organik, dan pakan ternak," kata Ade.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menambahkan, Pemkab Banyuwangi ingin agar lahan-lahan yang tidak produktif di daerah daerah tersebut bisa ditanami tebu. Sehingga bisa melibatkan petani lokal untuk menggarapnya.
"Kami mendukung penuh pembangunannya. Dengan segera berdirinya pabrik ini, ribuan lapangan pekerjaan tercipta. Apalagi pabrik gula ini dibangun putra-putri Indonesia," pungkasnya.